0
Home  ›  kurikulum  ›  pedagogik

Kurikulum Merdeka Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?

"Artikel ini menjelaskan tentang konsep, tujuan, dan implementasi kurikulum merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kemendikbud."

kurikulum merdeka belajar

Pendidikan adalah salah satu faktor penting yang menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum adalah rencana dan pedoman yang mengatur proses pembelajaran di sekolah. Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna, bermanfaat, dan menyenangkan bagi siswa. Kurikulum juga harus mendorong siswa untuk mengembangkan kompetensi, karakter, dan literasi yang dibutuhkan untuk hidup di abad 21.

Salah satu kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan dan diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah kurikulum merdeka belajar. Kurikulum ini merupakan bagian dari program Merdeka Belajar yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim pada akhir tahun 2019. Kurikulum ini bertujuan untuk memberikan kebebasan dan kewenangan kepada sekolah, guru, dan siswa untuk menentukan isi, metode, dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik mereka.

Lalu, apa sebenarnya kurikulum merdeka belajar itu? Mengapa kurikulum ini diperlukan? Bagaimana kurikulum ini dilaksanakan? Apa saja tantangan dan peluang yang mungkin dihadapi oleh sekolah, guru, dan siswa dalam menerapkan kurikulum ini? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara singkat dan jelas.

Apa itu Kurikulum Merdeka Belajar?

Kurikulum merdeka belajar adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan dan kewenangan kepada sekolah, guru, dan siswa untuk menentukan isi, metode, dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik mereka. Kurikulum ini tidak mengikat sekolah, guru, dan siswa pada satu standar atau format yang baku, tetapi memberikan ruang untuk berkreasi, berinovasi, dan berkolaborasi dalam pembelajaran.

Kurikulum merdeka belajar berbeda dengan kurikulum sebelumnya, seperti kurikulum 2013, yang lebih menekankan pada standarisasi, uniformitas, dan sentralisasi. Kurikulum merdeka belajar lebih menghargai keragaman, fleksibilitas, dan desentralisasi. Kurikulum merdeka belajar juga lebih mengutamakan proses daripada hasil, keterampilan daripada pengetahuan, dan pemahaman daripada hafalan.

Kurikulum merdeka belajar didasarkan pada beberapa prinsip, antara lain:

1. Merdeka

Sekolah, guru, dan siswa memiliki kebebasan dan kewenangan untuk menentukan isi, metode, dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik mereka

2. Relevan

Isi, metode, dan evaluasi pembelajaran harus sesuai dengan konteks, situasi, dan kondisi sekolah, guru, dan siswa

3. Kontekstual

Isi, metode, dan evaluasi pembelajaran harus berhubungan dengan lingkungan, budaya, dan realitas sosial sekolah, guru, dan siswa

4. Kolaboratif

Isi, metode, dan evaluasi pembelajaran harus melibatkan partisipasi dan kerjasama antara sekolah, guru, siswa, orang tua, masyarakat, dan pihak lain yang terkait

5. Berkelanjutan

Isi, metode, dan evaluasi pembelajaran harus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara terus-menerus dan berdampak positif bagi perkembangan sekolah, guru, siswa, dan masyarakat

Mengapa Kurikulum Merdeka Belajar Diperlukan?

Kurikulum merdeka belajar diperlukan karena beberapa alasan, antara lain:

  • Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang masih dianggap rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut hasil Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2018, Indonesia berada di peringkat 73 dari 79 negara yang berpartisipasi dalam penilaian kompetensi siswa di bidang membaca, matematika, dan sains. Kurikulum merdeka belajar diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa di bidang-bidang tersebut, serta di bidang lain yang relevan dengan kehidupan di abad 21, seperti literasi digital, kewirausahaan, dan keterampilan sosial-emosional.

  • Untuk mengatasi permasalahan kurikulum sebelumnya, seperti kurikulum 2013, yang dianggap terlalu padat, rumit, dan kaku. Kurikulum 2013 dikritik karena memberikan beban yang berat bagi sekolah, guru dan siswa.
  • Penyediaan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia yang memadai dan berkualitas untuk mendukung proses pembelajaran.

Apa Saja Tantangan dan Peluang Kurikulum Merdeka Belajar?

Tentunya setiap kurikulum mempunya tantangan dan peluang, begitu juga dengan Kurikulum Merdeka.

Tantangan Kurikulum Merdeka

Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi antara lain:

  • Kurangnya pemahaman dan kesiapan sekolah, guru, dan siswa untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar, terutama dalam hal perubahan paradigma, sikap, dan perilaku pembelajaran.
  • Kurangnya dukungan dan fasilitasi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam hal kebijakan, anggaran, supervisi, dan bimbingan teknis terkait dengan kurikulum merdeka belajar.
  • Kurangnya koordinasi dan kolaborasi antara sekolah, guru, siswa, orang tua, masyarakat, dan pihak lain yang terkait dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
  • Kurangnya standar dan mekanisme yang jelas dan transparan untuk menjamin mutu dan akuntabilitas pembelajaran.
  • Kurangnya sumber belajar dan referensi yang relevan, kontekstual, dan berkualitas untuk mendukung proses pembelajaran.
  • Kurangnya inovasi dan kreativitas dalam mengembangkan isi, metode, dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik sekolah, guru, dan siswa.
  • Kurangnya kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan oleh sekolah, guru, dan siswa untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar, seperti keterampilan berpikir kritis, berkomunikasi, bekerja sama, dan memecahkan masalah.
  • Adanya resistensi dan hambatan dari berbagai pihak yang tidak sepakat atau tidak mendukung kurikulum merdeka belajar, baik karena alasan ideologis, politis, ekonomis, sosial, budaya, maupun agama.

Peluang Kurikulum Merdeka

Beberapa peluang yang mungkin dimanfaatkan antara lain:

  •  Adanya kesadaran dan keinginan dari sekolah, guru, dan siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
  • Adanya dukungan dan apresiasi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam hal memberikan kebebasan, kewenangan, dan insentif kepada sekolah, guru, dan siswa yang menerapkan kurikulum merdeka belajar.
  • Adanya kerjasama dan sinergi antara sekolah, guru, siswa, orang tua, masyarakat, dan pihak lain yang terkait dalam proses pembelajaran, baik dalam hal penyediaan sumber daya, pengembangan kapasitas, maupun penyebarluasan hasil dan dampak pembelajaran.
  • Adanya standar dan mekanisme yang jelas dan transparan untuk menjamin mutu dan akuntabilitas pembelajaran, baik melalui sistem akreditasi, sertifikasi, maupun supervisi.
  • Adanya sumber belajar dan referensi yang beragam, kaya, dan berkualitas yang dapat diakses oleh sekolah, guru, dan siswa, baik melalui media cetak, elektronik, maupun digital.
  • Adanya inovasi dan kreativitas dalam mengembangkan isi, metode, dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik sekolah, guru, dan siswa, baik melalui penelitian, pengembangan, maupun penerapan.
  • Adanya kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan oleh sekolah, guru, dan siswa untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar, baik melalui pendidikan formal, nonformal, maupun informal.
  • Adanya kesempatan dan tantangan yang dapat dijadikan sebagai motivasi dan stimulasi bagi sekolah, guru, dan siswa untuk terus belajar dan berkembang. 

Kesimpulan

Kurikulum merdeka belajar adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan dan kewenangan kepada sekolah, guru, dan siswa untuk menentukan isi, metode, dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik mereka. Kurikulum ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mengatasi permasalahan kurikulum sebelumnya, dan menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan abad 21. 

Kurikulum ini dilaksanakan dengan mengikuti beberapa prinsip, seperti merdeka, relevan, kontekstual, kolaboratif, dan berkelanjutan. Kurikulum ini juga menghadapi beberapa tantangan dan peluang yang harus diantisipasi dan dimanfaatkan oleh sekolah, guru, dan siswa. 

Kurikulum ini merupakan suatu kesempatan dan tanggung jawab bagi kita semua untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Mari kita dukung dan berpartisipasi dalam kurikulum merdeka belajar!

FAQ

Apakah kurikulum merdeka belajar berarti tidak ada lagi standar nasional?

Jawab: Tidak, kurikulum merdeka belajar tetap mengacu pada standar nasional, seperti standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar sarana prasarana. Namun, standar nasional tersebut tidak bersifat mengikat, tetapi memberikan ruang bagi sekolah, guru, dan siswa untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik mereka.

Apakah kurikulum merdeka belajar berarti tidak ada lagi ujian nasional?

Jawab: Tidak, kurikulum merdeka belajar tetap menggunakan ujian nasional sebagai salah satu instrumen untuk menilai kompetensi siswa. Namun, ujian nasional tidak lagi menjadi satu-satunya indikator untuk menentukan kelulusan atau kenaikan kelas siswa. Ujian nasional juga tidak lagi bersifat seragam, tetapi disesuaikan dengan kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah, guru, dan siswa.

Apakah kurikulum merdeka belajar berarti tidak ada lagi mata pelajaran wajib?

Jawab: Tidak, kurikulum merdeka belajar tetap memiliki mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh semua siswa, yaitu Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris. Namun, sekolah, guru, dan siswa dapat menambahkan atau mengurangi mata pelajaran lain sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik mereka.

Apakah kurikulum merdeka belajar berarti tidak ada lagi kurikulum inti? 

Jawab: Tidak, kurikulum merdeka belajar tetap memiliki kurikulum inti yang berisi kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh semua siswa, yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Namun, sekolah, guru, dan siswa dapat mengembangkan kurikulum inti tersebut menjadi kurikulum satuan pendidikan yang lebih spesifik dan detail sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik mereka.

 Apakah kurikulum merdeka belajar berarti tidak ada lagi bimbingan dari pemerintah?

Jawab: Tidak, kurikulum merdeka belajar tetap mendapatkan bimbingan dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam hal pengembangan, implementasi, dan evaluasi kurikulum. Namun, bimbingan tersebut tidak bersifat mengintervensi, mengontrol, atau membatasi, tetapi bersifat memberdayakan, mendampingi, dan mengawasi.

Apakah kurikulum merdeka belajar berarti tidak ada lagi buku teks?

Jawab: Tidak, kurikulum merdeka belajar tetap menggunakan buku teks sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa. Namun, buku teks tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, tetapi hanya sebagai salah satu referensi yang dapat digunakan oleh siswa. Siswa juga dapat menggunakan sumber belajar lain yang lebih beragam, kaya, dan berkualitas, baik melalui media cetak, elektronik, maupun digital.

Apakah kurikulum merdeka belajar berarti tidak ada lagi tugas dan PR?

Jawab: Tidak, kurikulum merdeka belajar tetap memberikan tugas dan PR kepada siswa sebagai salah satu cara untuk mengukur dan meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa. Namun, tugas dan PR tidak lagi bersifat monoton, membosankan, atau menyulitkan, tetapi bersifat menarik, menyenangkan, dan menantang. Tugas dan PR juga tidak lagi hanya berupa soal-soal pilihan ganda, isian, atau esai, tetapi juga berupa proyek, portofolio, atau produk kreatif lainnya.

Search
Menu
Theme
Share
Additional JS